Saya sudah memikirkan bakmi apa yang akan saya cicipi pertama kali sejak beberapa hari sebelum kembali ke Jakarta.
Namun, tidak seperti recess week kemarin, kali ini saya sampai di Soekarno-Hatta pada malam hari. Bisa-bisa bakminya sudah tutup semua. Oleh karena itu, saya meminta papi saya untuk take away Bakmi Bintang Gading dari pusatnya di Kelapa Gading, yang kebetulan “lumayan sejalan” dari kantornya ke airport.
Bakmi Bintang Gading, a photo by lucas_sebastian on Flickr.
Bakmi Bintang Gading (take away dari Kelapa Gading)
Pangsit Mie Ujung Pandang; ayam dada, pangsit goreng
Pangsit Mie Ujung Pandang adalah salah satu jenis bakmi favorit saya. Dan, Bakmi Bintang Gading adalah Pangsit Mie Ujung Pandang pertama dan terlezat yang pernah saya cicipi. Bakmi Bintang Gading, atau Pangsit Mie Ujung Pandang secara keseluruhan, memiliki beberapa karateristik khas yang membedakannya dari jenis bakmi lain. Salah satunya yang paling khas adalah adanya dua ukuran bakmi: kecil (halus) dan besar. Namun, bakmi yang berukuran besar juga bertekstur halus; tidak alot (seperti Agoan) dan tidak juga berjenis bakmi karet.
Selain Bakmi Bintang Gading, ada juga Bakmi Bajipamai yang letaknya sama-sama di Kelapa Gading. Bakmi Bajipamai bisa menjadi alternatif bagi mereka yang tidak terlalu senang masakan berminyak. Namun, saya sendiri lebih merekomendasikan Bakmi Bintang Gading karena citarasanya yang tidak fluktuatif.
Sebagai informasi tambahan, perbedaan harga porsi kecil dan besar hanya sekitar 10%. Dan, ayam yang diberikan sudah cukup banyak sehingga saya biasanya tidak memesan porsi spesial.
Jl. Boulevard Raya No. 20 – 21, Kelapa Gading.